Budidaya bawang secara berkelanjutan menjadi solusi penting bagi petani di Simangulampe pasca banjir bandang. Metode ini menekankan praktik ramah lingkungan untuk menjaga produktivitas jangka panjang tanpa merusak ekosistem. Beberapa teknik yang diterapkan meliputi penggunaan pupuk organic dan rotasi tanaman guna menjaga kesuburan tanah. Selain itu, pengendalian hama dilakukan dengan cara alami, seperti pemanfaatan musuh alami dan penggunaan pestisida nabati, sehingga mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Dengan pendekatan ini, petani tidak hanya dapat meningkatkan hasil panen, tetapi juga menjaga kesehatan tanah dan mendukung kesejahteraan ekonomi komunitas pertanian bawang secara berkelanjutan.
Sebagai bentuk dukungan terhadap pemulihan pertanian, Yayasan Caritas KAM menyalurkan paket bantuan budi daya bawang kepada 42 kepala keluarga (KK). Kegiatan ini merupakan bagian dari program Pemulihan Sosial Ekonomi Pasca Banjir Bandang Simangulampe. Bantuan ini mencakup 62,5 kg bibit bawang jenis Thailand Nganjuk (Tajuk), pupuk organic Ecosophy, pupuk susulan, mulsa, fungisida dan insektisida. Bibit bawang Tajuk memiliki masa tanam sekitar 60–65 hari sebelum dapat dipanen.

Pada awal Desember, Caritas KAM bersama PSE Paroki Dolok Sanggul melakukan monitoring terhadap penerima bantuan budidaya bawang. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa sebagian besar petani mengalami peningkatan hasil panen yang signifikan. Rata-rata perbandingan hasil panen mencapai 1:12, di mana 1 kg bibit bawang menghasilkan 11–12 kg bawang saat panen.
Salah satu penerima manfaat, Lamro Simanulang, berbagi pengalamannya:
“Selama ini kami menanam bawang dengan metode tradisional yang diwariskan orang tua kami, dan hasil panen biasanya hanya sekitar 1:6 atau 1:7, kesuburuan tanah sudah menurun. Setelah mengikuti penyuluhan dari Ecosophy dan Caritas KAM, Saya menerapkan panduan yang mereka berikan, misalnya mengukur dan menyesuaikan pH tanah sebelum menanam bibit. Ternyata hasilnya sangat berbeda, tanaman bawang saya lebih tahan terhadap hama, Saya mendapatkan hasil panen sekitar 1:16,” ujarnya.
Keberhasilan ini menunjukkan bahwa dengan pendekatan budidaya yang berkelanjutan, petani dapat meningkatkan produktivitas sekaligus menjaga keseimbangan ekosistem. Program ini menjadi langkah nyata dalam membantu pemulihan ekonomi masyarakat Simangulampe pasca bencana, sekaligus mendorong pertanian yang lebih efisien dan ramah lingkungan.